Alhamdulillah, sempat juga merangkum seminar oleh Dr. Hardiono ini.
Mengapa saya tulis rangkuman ini, karena akan berhubungan dengan cerita saya tentang perkembangan bicara kakak Faqih yang insya allah akan saya sharing nanti 😃
***
Banyak sekali anak dengan keterlambatan bicara.
"Dokter, anak saya sakit apa, kenapa sih belum bicara?"
"Cuma Speech delay kok."
"Kemudian apa yang harus saya lakukan?"
"Yasudah terapi saja."
Percakapan tersebut biasanya sering sekali terjadi di ruang praktek. Saya sendiri tidak setuju dengan diagnosa seperti itu karena speech delay itu hanya terjemahan dari terlambat bicara, bukan sebuah diagnosa. Tidak benar seorang anak didiagnosis speech delay kemudian diterapi, karena speech delay ada banyak penyebabnya dan terapinya harus sesuai dengan penyebabnya, jadi tidak bisa asal terapi. Masih banyak orang tua atau bahkan dokter yang menganggap bahwa speech delay dapat diterapi dengan terapi wicara, padahal belum tentu, kita harus lihat apa penyebabnya untuk menentukan terapi apa yang tepat untuk anak tersebut.
Dalam istilah kedokteran terdapat dua istilah terkait gangguan bicara yaitu Development Disorder dan Development Delay. Development Delay merupakan kemampuan yang terlambat dibanding anak seumurnya, delay bukan diagnosis tetapi hanya pernyataan bahwa 'teman-temannya yang lain sudah bisa tetapi anak ini belum'. Belum tentu anak yang mengalami delay ini sakit, bisa jadi ia mengalami gangguang fungsional. Apabila kita lihat ternyata dia di rumah sendiri dan tidak punya teman bermain atau berbicara maka wajar jika ia akan mengalamai keterlambatan. Anak delay ini nanti akan bisa bicara dengan sendirinya. Berbeda dengan development delay, development disorder merupakan gangguan yang sudah ada diagnosisnya, terapi yang dilakukan tentu sesuai dengan penyebabnya. Untungnya, anak dengan speech disorder jauh lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan anak dengan delay speech.
Banyak anak yang belum bisa bicara tetapi dia menggunakan bahasa tubuhnya dengan baik. Sebelumnya, kita harus pahami terlebih dahulu perbedaan bahasa dan bicara, berikut infografisnya:
Apabila anak tidak bisa bicara tetapi bahasa tubuhnya juga tidak bagus, kita patut was was, namun apabila anak tidak bisa bicara tetapi bahasa tubuhnya bagus kita bisa lebih tenang karena lebih mudah menerapinya.
Dalam berbicara, terdapat tiga organ penting yang harus bersinergi yaitu telinga, otak dan mulut. Skrining harusnya dilakukan secara rutin berkala untuk memastikan tumbuh kembang anak. Skrining yang dilakukan bukan hanya sekadar bertanya "Apakah anak ibu sudah bisa duduk?" "sudah bisa ini dan itu? dll..." tetapi juga ada prosedur-prosedur detail yang harus dilakukan sehingga apabila anak mengalami keterlambatan, kita bisa langsung tahu dan bisa dicari apa penyebabnya dan apa terapi yang tepat untuk dilakukan.
Red Flags adalah kondisi dimana kita tidak dapat menunggu lagi, waktu dimana kita harus segera mencari pertolongan apabila keterlambatan-keterlambatan ini terjadi pada anak kita.
- Cooing: "ooo..." "aaa..."
Red flags apabila pada usia 4 bulan anak belum tidak menunjukkan respon saat dipanggil, tidak ada eye contact, tidak bersuara sama sekali, tidak ada cooing.
- Babbling: "bababa... apapapa... mamama" (mulai keluar huruf mati)
Red Flags apabila pada usia 6-12 bulan belum babbling.
- Belum menunjuk pada usia 10-12 bulan
- Tidak ada kata pada umur 16 bulan
- Pada usia 6 bulan tidak menoleh saat dipanggil
- Tidak ada dua kata spontan pada umur 2 tahun
Kemungkinan diagnosisnya adalah sebagai berikut:
Keterlambatan Bicara Fungsional (ingat ini bukan sakit ya... hanya terlambat)
- Late Talkers (Development language delay)
Anaknya belum bicara tetapi tiba-tiba pada usia dua tahun ia bicara banyaak
- Late Bloomers (Maturation Delay)
Syarafnya belum terlalu matang tetapi tidak ada gangguan apa pun.
Untuk keterlambatan bicara fungsional ini dapat ditunggu sampai anak bisa bicara sendiri. Sampai kapan kita bisa menunggu? 2 tahun. Lewat dari dua tahun dapat dipastikan itu bukan gangguan fungsional.
Gangguan Bahasa
Gangguan bahasa ini sangat banyak penyebabnya, diantaranya adalah:
- Gangguan Pendengaran
- Intellectual disability
- Autisme, social communication disorder
- Development language disorder (reseptif, ekspresif, campuran)
- Gangguan produksi suara (gangguan artikulasi, suara, kelancaran bicara/fluency)
- dll.
(Baiklah... mari kita kupas satu persatu 😎 )
DELAY
Keterlambatan bicara ekspresif - fungsional
Keterlambatan pematangan syaraf, biasanya terjadi pada anak laki-lak. Anak dengan keterlambatan bicara ekspresif biasanya memiliki riwayat keterlambatan bicara dalam keluarga, keterlambatannya tidak parah, biasanya menyusul pada umur 2-3 tahun. Biasanya yang sekedar terlambat ini, ia mengerti semua tetapi belum bisa mengucapkan, nah biasanya anak ini yang akan bicara tiba-tiba banyak setelah usia dua tahun dan bicaranya "betul" bisa dimengerti.
Tetapi anak delay ini akan sulit dibedakan dengan anak yang memiliki gangguan bahasa ekspresif. Anak dengan telat bicara fungsional polanya ⇒ telat ⇒ dua tahun bicara, bicaranya bagus
Anak dengan gangguan bahasa ekspresif polanya ⇒ telat ⇒ dua tahun bicara tetapi bicaranya tidak jelas dan cenderung sulit dimengerti, harus ada intervensi untuk membantunya berbicara.
INTELLECTUAL DISABILITY
Ini gangguan bicara yang paling banyak ditemui, 85% gangguan bicara disebabkan oleh intellectual disability. Anak ini tidak mengerti dan terlambat bicara serta memiliki gangguan mimik wajah / kemampuan bahasa non verbal . Anak ini nantinya akan bisa bicara normal seperti halnya anak normal tetapi lambat . Hanya 60 - 70 % kasus yang diketahui penyebabnya karena sulit untuk menilai IQ anak yang usianya kurang dari 3 tahun.
AUTISM SPECTRUM DISORDER (DSM V)
Anak dengam DSM V ini memiliki gangguan dalam interaksi sosial seperti suka menyendiri, menghindari eye contact atau ia melakukan hal berulang-ulang seperti bermain dengan mainan yang itu itu saja (bermain repetitif dan stereotif), diam di depan televisi (bengong tanpa menirukan hal-hal yang ditampilkan di televisi). Pada anak ini gangguan komunikasinya sangat bervariatif, diantaranya;
- Non- verbal
- Suara-suara yang aneh (bahasa planet)
- Ekolalia (meniru atau mengulang apa yang ia dengar, misal "rumah kamu dimana? rumah..."
- Berbicara tapi konteks tidak jelas (memaksakan topik pembicaraan atau ga nyambung)
- Tidak dapat mempertahankan komunikasi untuk waktu yang lama.
GLOBAL DEVELOPMENT DELAY
Anak yang memiliki keterlambatan dua bidang atau lebih. Bisa jadi motorik kasarnya bermasalah dan bicaranya juga bermasalah atau motorik halusnya bermasalah dan kognitifnya juga bermasalah.
GANGGUAN BAHASA EKSPRESIF
Gangguan ini sangat mirip dengan keterlambatan fungsional, tetapi untuk kasus gangguan bahasa ekspresfi harus dilakukan intervensi karena biasanya nanti gangguan ini akan muncul lagi diusia sekita 10 tahun, inilah nanti yang menyebabkan disleksia atau sulitnya anak menangkap pelajaran karena gangguan bahasa yang sulit ia mengerti. Karakteristik anak dengan gangguan bahasa ekspresif antara lain:
- Tidak mampu mengubah gagasan menjadi perkataan
- IQ, reseptif, pendengaran, emosi dan artikulasi normal
- Menggunakan mimik untuk membantu ekspresi verbal
- Harus dilakukan intervensi aktif
- Risiko disleksia di kemudian hari
GANGGUAN BAHASA CAMPURAN RESEPTIF-EKSPRESIF
Gangguan ini lebih sulit disembuhkan dibandingkan dengan gangguan bahasa ekspresif karena ia sulit mengerti perkataan orang lain, ciri-cirinya adalah sbb:
- Terlambat
- Sulit mengerti perkataan orang lain
- Sulit diperintah dengan kata-kata
- Sulit diajarkan kata-kata baru
- Gangguan konsep waktu : kemarin atau besok
- Sulit mengerti pertanyaan dimana, mengapa, bagaimana, yang biasanya sudah dikuasai anak usia 4 tahun.
Itulah berbagai macam gangguan yang mungkin terjadi dalam tahap perkembangan anak. Selanjutnya, tulisan saya masih akan berbicara perihal perkembangan bahasa dan kemampuan bicara pada anak. Stay tune ya... 😊
Total Tayangan Halaman
Kamis, 14 Desember 2017
Rabu, 29 November 2017
Adik Sulit Naik Tekstur (Cerita Mpasi Silmi #1)
Terus terang, persiapan saya saat hamil adik sampai saat ia terlahir di dunia tidak seperti saat saya hamil anak pertama. Jarak yang tidak terlalu jauh (kakak baru 7 bulan saat saya mengetahui adik telah berusia 4 minggu dalam rahim) menjadikan saya belajar dari pengalaman. Saat hamil, saya pun tidak memeriksakan kandungan serutin saat mengandung kakak, hanya sekali per trisemerster. Bukan karena rasa sayang saya berbeda, namun lebih karena saya sudah dapat memprediksi apa yang akan dikatakan dan dilakukan di ruang kontrol hehehe... Qodarullah memang tidak terjadi sesuatu yang berbahaya dengan kandungan saya.
Pun setelah Adik lahir, saya tidak membaca kembali bacaan seputar ASI dan MPASI karena masih segar rasanya dalam pikiran bagaimana semua itu saya lakukan terhadap si sulung. Alhamdulillah saya tidak memiliki masalah dengan proses pemberian ASI dan MPASI Faqih (si sulung), ia mulai dengan bubur saring dan naik tekstur dengan cepat. Masalah jenis makanan saya pun tiada khawatir karena ia tipe pemakan segala. Well... kesimpulannya, cerita Mpasi Faqih berjalan mulus sekali.
![]() |
Faqih 1 tahun sudah makan makanan keluarga |
Kisah MPASI Dek Silmi tidak semulus kakaknya, walaupun ilmu yang diterapkan plek ketiplek sama. Dimulai dengan menu tunggal 14 hari dilanjut dengan menu empat bintang dan lain sebagainya yang direkomendasikan oleh WHO. Pertama kali saya mencoba bubur saring pisang dan sukses dilepeh-lepeh 😅, oke fine... adek masih belajar. Dilanjut makan sore dengan kentang saring dan yess... ga mau lagi. Baik, gapapa... masih belajar...
Singkat cerita, Adik sulit sekali makan makanan yang disaring, dia terus melepeh-lepeh dan akhirnya keluar semua (muntah). Akhirnya saya turun tekstur, makanannya di blender... Alhamdulillah, untuk buah-buahan ia makan dengan lahap tapiii untuk selain buah dia melancarkan jurus GTM bukan Gerakan Tutup Mulut tetapi Gerakan Terus Mangap nah loh 😜😜 tidak kalah horor dari gerakan tutup mulut loh buibu... karena ya ga ada yang bisa masuk juga. Akhirnya demi untuk kesejahteraan perut Adek, makannya dicampur buah supaya ada manis-manisnya gitu 😅.
![]() |
Adek makan jus mangga 😋 |
Baru berjalan dua minggu (itu pun ga mulus karena lebih banyak yang tercecer daripada yang masuk perut) adek kena campak... ooh noo selera makan Adek rusak parah, setiap yang masuk dimuntahkan, karena saya kasihan melihat malah banyak yang keluar (termasuk ASI) saya putuskan untuk menunda MPASI adek sampai dia sembuh. Alhamdulillah setelah seminggu libur MPASI, adek mulai mau makan lagi, tetapi ya masih dengan yang manis-manis dan diblender.
Tak terasa Adek sudah mau masuk tujuh bulan, langsung saya kebut kebutuhan 30% asupannya dengan menu 4 bintang. Saya kembali mencoba dengan tekstur saring, namun masih belum bisa, baiklah kembali bubur 4 bintang di blender dengan tekstur mendekati cair karena kental sedikit saja dia muntah. Adik masih punya banyak waktu untuk beradaptasi sih, mudah-mudahan hanya masalah waktu saja ya sayang...
Kemampuan anak dalam beradaptasi mempelajari tekstur dan rasa baru makanan memang berbeda. Kita tidak perlu memaksakan, berikan mereka ruang untuk belajar... berdasarkan milestone, bayi 9 bulan sudah harus bisa makan bubur kasar dan saat usianya 1 tahun dia sudah dapat makan makanan keluarga. Jika tidak, ada kemungkinan gangguan tumbuh kembangnya, entah itu dalam kemampuan berbicara atau yang lain.
Untuk saat ini, hal terpenting adalah Adik happy saat makan. Saya tidak mau membuatnya trauma dengan waktu makan... take it easy ya sayang...
Benarlah apabila ada kalimat yang berbunyi 'Ibu adalah pembelajar seumur hidup'. Belajar bagaimana menempa kesabaran untuk selalu menjawab mengapa dan bagaimana segala sesuatu terjadi pada buah hati.
Langganan:
Postingan (Atom)