Total Tayangan Halaman

12523

Kamis, 27 September 2018

Komunikasi Produktif - Mengganti Perintah dengan Pilihan


Apa kabar Bunda pembelajar? Semoga selalu semangat ya dalam membersamai si kecil yang menggemaskan dan kian cerdas setiap hari. Sudahkah Bunda memeluk dan menghadiahi kecupan manis untuk orang-orang terkasih dalam keluarga Bunda? Kalau belum, saat nanti bertemu Pak suami, langsung sambut dengan pelukan hangat ya… jangan lupa untuk kecup si kecil juga Bun :) 
Nah, sambil menunggu suami tercinta pulang, bolehlah menyimak sedikit cerita hari ini.

***
Hari ini, Saya dan Abinya Faqih sepakat untuk mengajak Faqih menyiram tanaman yang baru saja menampakkan pucuknya. Jujur, menanam adalah hal yang penuh tantangan untuk kami karena di lingkungan tempat kami tinggal banyak sekali ayam yang berkeliaran dan hobi memakan pucuk-pucuk yang baru tumbuh sehingga seringkali tanaman kami mati sebelum bertumbuh, hiks…☹️

Saat mengenalkan kegiatan ini, saya tidak serta merta menyuruh Faqih untuk menyiram tanaman, akan tetapi saya mencoba memancing ketertarikannya terhadap kegiatan tersebut. Seperti biasa, sebelum jam mandi sore adalah waktu Faqih eksplorasi di luar. Saat kami keluar, Faqih langsung mengambil mobil-mobilannya yang berwarna kuning cerah untuk ia naiki, sementara Abi sudah siap dengan ketel yang telah dimodifikasi menjadi alat penyiram tanaman hehehe…. 

Saya biarkan Faqih mengambil mobil- mobilan tersebut. Setelah mobilnya di luar, saya pun menghampiri Faqih;

“Kakak, lihat abi deh…” Faqih menoleh ke arah Abi yang sedang menyiram tanaman.
“Seru ya Kak, siram pohon… pohonnya mau minum. Kakak mau main mobil-mobilan atau mau siram-siram sama Abi?”
“Siraaaaam poohon” teriak Faqih bersemangat dan langsung meninggalkan mobilnya untuk menghampiri Abi.

Duh senangnya melihat ia bersemangat, anak-anak pasti bersemangat ya kalau melihat air mengalir hihihihihi… Sebenarnya saya bisa saja langsung mengarahkan Faqih untuk menyiram tanaman. Namun, apabila kegiatan yang dilakukan adalah pilihannya sendiri tentu Ia akan lebih bersemangat. Inilah salah satu poin yang terdapat dalam komunikasi produktif, mengganti perintah dengan pilihan.

Dengan memberikan pilihan, si kecil dapat belajar mengambil keputusan. Kemampuan mengambil keputusan adalah salah satu modal utama untuk menjadi pribadi yang proaktif. Bukan hanya kemampuan untuk menerima perintah namun juga kemampuan untuk menolak perintah yang dirasa akan menjadi belenggu dalam hidupnya. Saat seseorang telah memiliki kemampuan mengambil keputusan maka bersamanya akan tumbuh sebuah tanggung jawab dan rasa cinta terhadap apa yang Ia lakukan. Bukankah impian setiap manusia untuk dapat melakukan apa yang ia cintai dalam hidupnya? Coz, Passion is oxygen of the soul (anonym), right?



#hari8
#gamelevelsatu
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Komunikasi Produktif - Memberikan Pujian dan Kritik dengan Alasan yang Jelas

Beberapa hari ini cuaca sangat panas sekali, alhamdulillah… pohon ceri yang tumbuh di halaman depan rumah membantu menghalau sinar matahari masuk ke dalam rumah. Namun, pohon ini memberi pekerjaan rumah yang wajib dikerjakan setiap hari karena daunnya yang selalu berguguran, terlebih di musim panas.

Biasanya, Abi selalu membantu menyapu halaman rumah. Bisa dibilang, menyapu halaman rumah adalah kegiatan favorit Abi. Mengapa? Karena saat menyapu halaman, ia dapat bermain bersama Faqih sambil berkotor-kotoran ria, biasanya hal ini dilakukan sebelum jadwal Faqih mandi sore.

Karena seringnya melihat Abi menyapu halaman rumah, Faqih menjadi sangat tertarik untuk melakukan hal serupa. Memang, kami menanamkan nilai-nilai kerja sama di dalam keluarga. Pekerjaan domestik bukan hanya menjadi tugas seorang Ibu, setiap anggota keluarga harus peka terhadap apa-apa yang dapat ia lakukan untuk meringankan pekerjaan rumah. Saya senang sekali melihat Faqih mulai menyerap nilai-nilai ini.

Hari ini, saat Abi sedang menyapu dan saya asyik menyiram tanaman, Faqih mengambil sapu dari tangan Abi dan mulai bereksperimen dengan sapu di tangannya. Ia menyapu daun-daun yang berserakan, mengikuti apa yang Abi lakukan, meskipun pada kenyataannya Ia malah menyebarkan kembali dahan yang telah terkumpul, tidak mengapa…

Setelah selesai dengan kegiatannya, saya memanggil Faqih
“Kakak… sini deh!” Faqih pun menghampiri
“Kakak anak sholeh ya, anak hebat… bisa nyapu bantuin Abi, terima kasih kakak”
“cama-cama” sambal ngeloyor pergi…

Dalam komunikari produktif, kita tidak boleh pelit dengan pujian, begitu pun dengan kritik. Namun, pujian dan kritik yang kita sampaikan harus sepaket dengan alasan yang jelas. Apabila kita hanya berkata “Anak Mama hebat ya…” atau “Ih Mama ga suka kakak seperti itu…” belum tentu si kecil dapat menangkap alasan mengapa Ia hebat atau apa yang saya lakukan sehingga mama tidak suka?

Dengan memberikan alasan yang jelas saat memuji, kita akan memotivasi si kecil untuk melakukan hal serupa di kemudian hari, karena Ia tahu dengan pasti hal apa yang membuatnya diapresiasi. Begitu pun ketika memberikan kritik, dengan memberikan alasan yang jelas, si kecil akan paham bahwa apa yang Ia lakukan tidak tepat sehingga Ia harus memperbaikinya di kemudian hari. 



#hari7
#gamelevelsatu
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesiona

Jumat, 21 September 2018

Komunikasi Produktif - Keep Information Short and Simple (KISS)

Faqih termasuk anak yang sangat kinestetik. Karena itu, sangat sulit membiasakan ia untuk duduk saat makan dan minum. Namun demikian, sebagai orang tua saya harus tetap memberikan pelajaran dan terus membiasakan ia untuk duduk saat makan dan minum.

Sebelum belajar tentang komunikasi produktif, saya akan memberikan rentetan instruksi yang ternyata selama ini justru membuat Faqih menjadi bingung seperti misalnya:

"Kakak sini, kalau minum duduk, pelan-pelan minumnya, pakai tangan kanan."

Dalam kalimat tersebut terdapat empat perintah sekaligus dalam satu waktu yang belum tentu Faqih mengerti. Setelah mengganti strategi dengan pendekatan KISS, instruksi yang saya berikan justru dapat terlaksana secara optimal. Saya memberikan perintah satu per satu dengan kalimat tunggal seperti:

"Kakak sini deh..." (Menunggu Faqih mendatangi saya) setelah Ia datang saya berikan instruksi selanjutnya,

"Minumnya duduk ya kak" (Menunggu Faqih duduk)

"Minumnya pakai tangan kanan ya sayang" (menunggu Ia meletakkan gelas di tangan kanan)

"Pelan- pelan saja"

Alhamdulillah, Faqih menjalankan apa yang saya perintahkan satu per satu. Nah Bunda, dengan menggunakan metode KISS, instruksi yang kita berikan akan terlaksana dengan baik dan yang pasti kita dapat selalu membersamai setiap langkah yang ia lakukan. KISS sangat efektif untuk berkomunikasi dengan batita dan balita yang memang belum dapat memproses terlalu banyak informasi. 


#hari6
#gamelevelsatu
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional


Rabu, 19 September 2018

Komunikasi Produktif - Kendalikan Intonasi Suara dan Gunakan Suara Ramah

Menjadi seorang Ibu yang bekerja di ranah publik tentu memiliki tantangan tersendiri. Pendelegasian pengasuhan kepada orang lain tidak serta menjadikan kita lalai dan bersantai dalam menjalankan kewajiban utama sebagai seorang Ibu. Justru, keterbatasan waktu menjadi motivasi agar kita berpikir lebih keras bagaimana memanfaatkan waktu bersama si kecil menjadi lebih berkualitas dan bermakna.

Setiap hari, saya dan Faqih akan melakukan kegiatan yang dapat melatih perkembangan motorik kasar, motorik halus, bahasa, life skill, dan spiritual yang telah saya siapkan sebelumnya. Seperti hari ini, Faqih belajar menguatkan otot-otot jarinya dengan berlatih menjepit, hal ini akan berguna saat ia belajar menulis nanti. Walaupun sedang lelah dan mengantuk, saya tidak boleh memperlihatkannya kepada Faqih. Ia harus selalu mendapati Ibunya dalam keadaan prima saat bermain dengannya.

Namun, kegiatan yang kami lakukan tidak selalu berjalan sesuai rencana. Kadang saya harus dapat membangun mood Faqih dengan berbagai cara dan memberikan instruksi sesederhana mungkin agar ia mengerti bagaimana permainan akan dilakukan. Hari ini misalnya, Faqih sedang sangat manja dan sedikit rewel, tetapi saya tidak boleh kalah dengan mood-nya yang tidak bersahabat itu.

Kunci membangun mood dan memberikan instruksi yang selalu saya terapkan adalah berusaha mengendalikan intonasi suara seceria dan sebahagia mungkin. Bunda pasti pernah mendengar bagaimana guru TK atau KB memberikan instruksi kepada murid-muridnya, seperti itulah kira2 intonasi yang saya gunakan untuk membangun semangat Faqih.

Sulit? Ya... Untuk kali pertama memang terasa sangat canggung dan mungkin kita akan merasa sangat lebay, tapi percayalah saat hati telah hanyut, maka intonasi itu akan terbangun dengan sendirinya mengikuti emosi yang sedang kita rasakan. Begitupun hari ini, Alhamdulillah, lagi-lagi saya dapat menaklukkan mood jeleknya Faqih dengan intonasi dan gesture yang menyenangkan.

Selamat mencoba ya Bunda 😉


#hari5
#gamelevel1
#tantangan10hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Selasa, 18 September 2018

Komunikasi Produktif - Mengendalikan Emosi

Bunda pasti pernah merasakan gemas bercampur kesal apabila melihat si kecil diperlakukan tidak baik oleh teman sepermainannya, seperti ketika ia dipukul atau saat mainannya dirampas. Tentu saja hal ini merupakan perasaan yang sangat wajar sebagai seorang Ibu, saya pun baru saja mengalami dan merasakannya.

Saat Faqih sedang bermain perosotan, seorang temannya dengan tidak sabar mendorong paksa. Belum sempat Faqih beranjak dari tempatnya, anak itu sudah meluncur menabrak Faqih. Tidak cukup sampai di situ, Ia pun memukul Faqih karena dianggap menghalangi jalannya. Wow... kira-kira seperti apa perasaan Bunda saat melihat si kecil diperlakukan seperti itu? Kesal? Marah?

Perasaan -perasan liar itu tentu saja hinggap dalam hati, namun kekesalan saya dan keterkejutan Faqih atas perlakuan anak tersebut seketika teralihkan oleh suara yang sangat menakutkan, menggelar, ditambah mimik wajah menyeramkan dari Ibu anak tersebut. "Hei... Nakal banget kamu!Mama cubit sini... Bikin Malu!" Teriak sang Mama, anak itu pun langsung menunduk takut, diam menerima omelan orang tuanya.

Seketika rasa kesal saya berganti menjadi iba. Saya langsung menghampiri Faqih dan bertanya
"Kakak gapapa?"
"Cacihan (kasihan)" jawab Faqih seraya menunjuk temannya. Jawaban yang justru tidak terduga karena ternyata kami satu frekuensi.

Setelah kondisi tenang, saya berkata kepada Faqih,"Kak, terima kasih untuk tidak membalas ya".
"Cama-cama (sama-sama)" jawab Faqih.
"Tadi ada yang pukul Kaka, kasihan ya... Boleh ga seperti itu?"
"No No"

Dari peristiwa ini, saya banyak sekali melakukan refleksi. Anak kita mungkin tidak atau belum mengerti apa yang kita lakukan dan katakan, tapi mereka tidak pernah salah meng-copy. Mereka akan merefleksikan apa yang diserapnya di rumah kepada lingkungan. Saat kita saja tidak dapat mengendalikan emosi, maka pantaskah kita meminta si kecil untuk mengendalikan emosinya?

Hari ini saya berterima kasih kepada Faqih, karena Ia mampu mengendalikan emosi dengan tidak membalas bahkan mampu berempati. Kita tidak pernah tahu tingkah laku apa yang akan diserap oleh anak-anak di rumah, karenanya selalu berusaha menjaga sikap dan mengendalikan emosi adalah solusi praktis untuk menanamkan pendidikan akhlak yang baik.


#hari4
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Senin, 17 September 2018

Komunikasi Produktif - Fokus pada apa yang kita inginkan bukan yang tidak kita inginkan!

Hai Bunda pembelajar, hari ini cuaca sangat panas ya... membuat malas dekat dengan kompor untuk memasak (cari alibi untuk ga masak hahaha 😜). Jadi, karena cuaca yang sangat mendukung, hari ini saya putuskan mengajak Faqih untuk membeli makanan siap saji.

Seperti biasa, Faqih sangat antusias sekali melihat mobil di jalan raya sehingga saya harus ekstra hati-hati menjaganya agar tak lepas dari genggaman. Sesampainya kami di tempat makan, Faqih mulai mencari celah untuk keluar mendekati jalan raya. Dalam situasi ini, saya mencoba mempraktekkan salah satu poin dalam komunikasi produktif yaitu "fokus pada apa yang kita inginkan bukan pada apa yang tidak kita inginkan". 

Jadi, alih-alih saya berkata "Faqih, jangan ke sana...", saya justru mencoba mengemukakan apa yang saya inginkan yaitu dengan berkata "Faqih, sini kak duduk di sini".

Begitu juga saat Faqih mulai berteriak, saya tidak mengatakan "Kakak jangan berisik!" tapi justru mencoba mengatakan apa yang saya inginkan yaitu "Kak, bicara pelan-pelan, ssttt... Seperti kalau ada baby yang tidur"

Alhamdulillah, reaksi Faqih cukup kooperatif dengan informasi yang saya sampaikan. Ia tidak berteriak lagi dan tidak keluar menuju jalan raya, walaupun masih menolak untuk duduk 😆. It's Ok kak, kan kita lagi sama2 berproses...

Dengan fokus pada apa yang kita inginkan, komunikasi akan lebih produktif dan efektif. Kita harus selalu ingat bahwa si kecil belum cukup dewasa untuk berpikir apa yang harus dan tidak harus ia lakukan. Bunda bisa bayangkan saat kita berkata "jangan berisik!" maka si kecil akan berpikir "lantas apa yang harus saya lakukan?" atau saat kita berkata "jangan ke sana!" Ia harus berpikir lagi "terus aku harus kemana?" Apabila ia tidak dapat menemukan jawaban2 itu, maka apa yang akan ia lakukan?

Memang tidak mudah, tapi bukan berarti tidak mungkin. Yuk membiasakan diri dari sekarang untuk fokus pada apa yang kita inginkan bukan pada apa yang tidak kita inginkan. 😄


#hari3
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Minggu, 16 September 2018

Komunikasi Produktif - Fokus pada Solusi bukan Masalah

Siapa yang tiba-tiba pusing melihat rumah super berantakan setelah sesi permainan bersama si kecil usai? *Tunjuk tangan sendiri*

Walaupun rumah berantakan adalah suatu keniscayaan yang hakiki seusai sesi bermain, ada banyak sekali ruang ekspresi dan eksperimen komunikasi produktif yang berada dibaliknya loh bunda. Seperti yang terjadi hari ini, Faqih menghancurkan kapur-kapur yang ia gunakan untuk latihan tracing di tembok melukisnya hingga menjadi bubuk, YESS... MENJADI BUBUK! bunda tidak salah baca, ia memang menumbuk kapurnya hingga menyerupai bedak tabur. *Inhale* *exhale*

Tidak perlu membayangkan seperti apa rupa ruangan setelah bertabur bubuk kapur warna warni ya Bun, membayangkannya berat... biar saya saja *apa sih...*

Sebelum belajar komunikasi produktif pasti saya sudah bernyanyi dengan nada sopran dengan tema stres berat melihat ruang berantakan. Namun, dalam komunikasi produktif kita diharapkan selalu fokus pada solusi bukan masalah dan senantiasa melibatkan anak dalam melakukan solusi tersebut. Baiklah, akhirnya saya melihat situasi ini sebagai tantangan untuk mempraktikkan teori ini.
Kali pertama yang saya lakukan adalah membiarkan ia memuaskan hasratnya untuk memproduksi bedak kapur, untunglah tagline salah satu detergent yang mengatakan 'berani kotor itu baik' selalu terngiang-ngiang menenangkan hati ini . Setelah Faqih puas, saya biarkan ia mengobservasi, untuk itu diperlukan akting yang mungkin akan terasa sedikit lebay saat dipraktikkan hahaha...

"Aaaahh... Kakaak, coba lihaat."
(Dengan ekspresi dan intonasi terkejut melihat kabstrakan ruangan)

Faqih tiba2 sadar kalau ruangan sangat kotor.
"UMI... KOTOOOR... IIIIH"

Ingat untuk selalu fokus pada solusi 
"Hmmm, bagaimana kalau kita bersihkan sama-sama yuk..."

Sim salabim dia langsung lari ke dapur mengambil sapu dan menyapu bubuk bubuk kapur yang tercecer di ubin. Yaa niatnya kan mau bersihin ya Bun walaupun kenyataannya malah tambah diratain 藍 it's Ok!

Bayangkan saja saat tangan mungilnya nanti sudah cukup kuat dan terampil memegang sapu, pasti ia tidak akan segan membantu ibunya merapikan sisa media bermainnya yang kotor. Bayangkan saja apabila ia terbiasa peka melihat masalah di sekitarnya dan fokus untuk mencari solusi untuk memperbaikinya, pasti hidup akan terasa lebih indah dan bermakna. Nah untuk itu semua butuh proses, konsistensi dan kesabaran. Biarlah waktu yang membuktikan bahwa proses yang baik tidak akan pernah mengkhianati hasil.



#hari2
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional

Sabtu, 15 September 2018

Komunikasi Produktif - Mengganti Kata "Tidak Bisa" Menjadi "Bisa"


Bermain di arena bermain anak selalu memiliki banyak tantangan bagi anak-anak pun orang tuanya. Seperti yang terjadi hari ini, Faqih menemukan tantangan baru yang harus ditaklukkannya yaitu “Jembatan Goyang”. Saat pertama kali mencoba arena ini, ia sempat ragu, berhenti sebentar seakan berpikir “what should I do?” dan akhirnya Ia pun melewatinya dengan berjongkok untuk menjaga keseimbangan. Sekali… dua kali… tiga kali… entah sampai berapa kali ia terus melewati jembatan itu sambil berjongkok. It's Ok Boy, you have tried to pass it anyway 😆

Dalam komunikasi produktif, kita diharapkan selalu mengganti kata “Tidak Bisa” menjadi “Bisa” karena kata itulah yang akan diproduksi oleh otak dan otak akan mengirimkan pesan kepada tubuh agar dapat melakukannya. Sebagai orang tua, saya harus selalu memberikan semangat dan afirmasi positif sebanyak yang ia butuhkan hingga ia dapat melakukannya. Maka, saya berdiri tepat di samping arena, mencari posisi yang dapat terlihat oleh Faqih agar ia tidak merasa sendiri dan lebih percaya diri. Saya pun selalu berkata “Ayo kak, kakak pasti bisa… pasti bisa, kakak anak hebat, berani, pasti bisa”

Setelah sekian kali, akhirnya Faqih berani mencoba untuk melewati jembatan goyang dengan BERJALAN bahkan kemudian ia malah berlari melewati jembatan goyang tersebut seakan itu bukan menjadi “masalah” lagi baginya, alhamdulillah…



#hari1
#gamelevel1
#tantangan10 hari
#komunikasiproduktif
#kuliahbundasayang
#institutibuprofesional