Total Tayangan Halaman

12526

Senin, 29 Januari 2018

ARGUMENTASI

2.1 Pengertian argumentasi
Karangan argumentasi merupakan salah satu bentuk karangan yang berusaha mempengaruhi pembaca atau pendengar agar menerima pernyataan yang dipertahankan, baik yang didasarkan pada pertimbangan logis maupun emosional. (Rottenberg 1988: 2 dalam martatik 1997: 4.25) dan Salmon (1984: 8) dalam Martatik (1997: 4.25) menyatakan bahwa argumentasi sebagai kalimat yang disusun sedemikian rupa sehingga beberapa kalimat berfungsi sebagai bukti-bukti yang mendukung kalimat lain yang terdapat dalam kalimat itu. Jadi, karangan argumentasi adalah karangan yang isinya menolak atau menyetujui sesuatu dengan memberikan alasan-alasan yang logis agar pembaca atau pendengar meyakini.
Karangan argumentasi terdiri atas paparan alasan dan penyintetisan pendapat untuk membangun suatu kesimpulan. Tujuannya untuk memberikan alasan, untuk memperkuat atau menolak suatu pendapat, pendirian atau gagasan agar dapat meyakini pembaca. Disamping itu muatan lain yang harus terdapat di dalam karangan argumentasi adalah
  1. bersifat penyampaian pandangan yang berisi bantahan mengenai suatu usul;
  2. meyakinkan pembaca agar menyetujui bantahan-bantahan yang dikemukakan;
  3. bersifat pemecahan masalah;
  4. bahan diskusi mengenai suatu persoalan tanpa perlu mencapai penyelesaian.
Upaya meyakinkan pembaca memerlukan persyaratan tertentu yaitu
  1. berfikir logis dan kritis;
  2. mau mempertimbangkan berbagai pendapat;
  3. memiliki pengetahuan yang luas tentang topic atau meteri yang ditulis.

2.2 Dasar dan sasaran
Dengan mempergunakan prinsip-prinsip logika sebagai alat bantu utama, maka argumentasi atau tulisan argumentatif yang ingin mengubah sikap dan pendapat orang lain bertolak dari dasar-dasar tertentu, menuju sasaran yang hendak dicapainya.
Dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi adalah:
  1. Pembicara atau pengarang harus mengetahui serba sedikit tentang subyek yang akan dikemukakannya, sekurang-kurangnya mengenai prinsip-prinsip ilmiahnya.
  2. Pengarang harus bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan atau pendapat-pendapat yang bertentangan dengan pendapatnya sendiri.
Disamping kedua prinsip di atas, penulis atau pembicara harus memperlihatkan pula ketiga prinsip tambahan berikut:
  1. Pembicara atau penulis argumentasi harus berusaha untuk mengemukakan pokok persoalannya dengan jelas; ia harus menjelaskan mengapa ia harus memilih topik tersebut. Sementara itu ia harus mengemukakan pula konsep-konsep dan istilah-istilah yang tepat.
  2. Pembicara atau penulis harus menyelidiki persyaratan mana yang masih diperlukan bagi tujuan-tujuan lain yang tercakup dalam persoalan yang dibahas itu, dan sampai di mana kebenaran dari pernyataan yang telah dirumuskannya itu.
  3. Dari semua maksud dan tujuan yang terkandung dalam persoalan itu, maksud yang mana yang lebih memuaskan pembicara atau penulis untuk menyampaikan masalahnya.
Di samping prinsip-prinsip yang harus diperhatikan, penulis selalu berusaha pula untuk membatasi persoalannya, dan menetapkan di mana terletak titik atau sasaran ketidaksesuaian pendapat antara pengarang dan pembaca. Dengan demikian ia dapat mengubah keyakinan atau mempengaruhi sikap dan tindakan pembaca atau hadirinnya.
Untuk membatasi persoalan dan menetapkan titik ketidaksesuaian, maka sasaran yang harus ditetapkan untuk diamankan oleh setiap pengarang argumentasi adalah:
  1. Argumentasi itu harus mengandung kebenaran untuk mengubah sikap dan keyakinan orang mengenai topik yang akan diargumentasikan.
  2. Pengarang harus berusaha untuk menghindari setiap istilah yang dapat menimbulkan prasangka tertentu.
  3. Sering timbul ketidaksepakatan dalam istilah-istilah.
  4. Pengarang harus menetapkan secara tepat titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan.

2.3 Metode Argumentasi
            Untuk menghasilkan karangan argumentasi yang baik ada beberapa metode yang dapat dilakukan sebagai berikut:

  1. perdalam pengetahuan tentang topit yang akan ditulis.
  2. bersikaplah terbuka dengan menerima pendapat diluar diri Anda meskipun itu bertentangan dengan pendapat Anda.
  3. tulislah persoalan dengan sejelas-jelasnya.
  4. penulis menguasai dengan baik persoalan yang dikemukakannya.
  5. penulis harus bersikap terbuka dalam arti bersedia memperhatikan dan mempertimbangkan pendapat orang lain terutama yang bertentangan dengannya.
  6. penulis mengemukakan persoalan dengan jelas.
Adapun metode yang dapat digunakan untuk karangan argumentasi yang bersifat penolakan adalah:
  1. menyerang otoritas
cara ini dilakukan jika kesaksian tau pendapat mengandung kelemahan, tidak sesuai atau salah.
  1. pratibukti (countera argument)
cara ini padan dasarnya sama dengan cara menyerang otoritas. Hanya saja penolakan tidak mengganti atau membuang argument yang dianggap lemah, tetapi tetap ditambahkan sebagai tambahan fakta terbaru atau terkuat dan memberikan kebebasan kepada pembaca yang akan menilainya.
  1. salah nalar
penolakan dilakukan dengan menunjukan langsung kelemahan, kekeliruan, atau kesalahan proses bernalar lawan.

2.4 Langkah-Langkah Penyusunan Argumentasi
            Semua bentuk karangan memiliki kesamaan dalamlangkah-langkah penulisannya. Demikian pula dalam hal penulisan bentuk argumentasi. Tahapan-tahapannya meliputi:
  1. tahap prapenulisan, yaitu tahap perancangan tulisan dengan melakukan penentuan topic, tujuan, pembaca, dan kerangka karangan yang berisi pokok-pokok pikiran yang disusun secara sistematis.
  2. tahap penulisan yang dimulai dengan mengembangkan kerangka menjadi tulisan.
  3. tahap pascapenulisan dilakukan dengan memperbaiki penulisan.

2.5 Teknik Pengembangan Karangan dan Argumentasi
            Penulis dalam menulis karangan argumentasi sangat mengiginkan agar pembaca atau pendengar memahami benar apa yang disampaikan.oleh karena itu diperlukan teknik menulis yang dapat membantu keinginannya. Teknik yang biasa dikembangkan dalam karangan argumentasi adalah indultif dan deduktif.
            Teknik induktif adalah salah satu teknik pengembangan karangan argumentasi yang memulai dengan penulisannya dengan bukti-bukti kemudian atas bukti tersebut ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Contoh:
            Para ahli mencoba membandingkan wilayah dua pengendali bahasa didalam otak wanita yang terdapat pada otak pria. Mereka ternyata menemukan bahwa pusat Weernicke yang membantu menginterpretasikan kata-kata dan suara, 30% lebih banyak pada wanita daripada pria. begitu pula dengan daerah broca. Yang mengatur bahasa, pada wanita lebih besar 20% dibandingkan dengan pria. perbedaan ini diduga karna kombinasi korban genetik dan perkembangan otak wanita yang lebih cepat pada masa anak-anak. Perbedaan itulah yang menyebabkan wanita lebih banyak bicara daripada pria.
(Aura, 1997 dalam akhadiah)
Teknik deduktif adalah teknik pengembangan karangan argumentasi yang mengawali tulisan dengan menuliskan kesimpulan umum dilanjutkan dengan tulisan berupa hal-hal yang khusus.
Contoh:
Perkembangan fisik seseorang sangat dipengaruhi pertumbuhan sel otaknya sejak dia dalam kandungan hingga melewati masa kanak-kanaknya. Pertumbuhan sel otak ini biasanya terjadi dari usia nol hingga tiga tahun. Karena itu, selagi hamil, menyusui, hingga anak tumbuh berkembang, si ibu sangat perlu untuk memperhatikan pasokan gizinya.
(Republika 1997 dalam akhadiah)
PERSUASI
3.1 Pengertian Persuasi
Persuasi adalah suatu seni verbal yang bertujuan untuk meyakinkan seseorang untuk melakukan sesuatu yang dikehendaki pembicara pada waktu ini atau pada waktu yang akan datang (Keraf, 2007:118). Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001: 864) persuasi adalah ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya; atau dengan bujukan halus.
            Persuasi tidak mengambil bentuk paksaan atau kekerasan terhadap orang yang menerima persuasi. Oleh sebab itu ia memerlukan juga upaya-upaya tertentu untuk merangsang orang mengambil keputusan sesuai dengan keinginannya. Upaya yang biasa digunakan adalah menyodorkan bukti-bukti, walaupun tidak setegas yang dilakukan dalam argumentasi. Bentuk-bentuk persuasi yang dikenal umum adalah: propaganda yang dilakukan oleh golongan-golongan atau badan-bada tertentu, iklan-iklan dalam surat kabar, majalah atau media massa lainnya. Semua bentuk persuasi tersebut biasanya mempergunakan pendekatan emotif, yaitu berusaha merangsang dan membangkitkan emosi para hadirin.

3.2 Dasar-Dasar Persuasi
            Dalam bukunya Rhetorica, aristoteles mengajukan tiga syarat yang harus dipenuhi untuk mengadakan ersuasi. Pertama, watak dan kredibilitas pembicara, kedua, kemampuan pembicara mengendalikan emosi para hadirin, dan ketiga, bukti-bukti atau fakta-fakta yang diperlukan untuk membuktikan suatu kebenaran. Inilah dasar-dasar bagi sebuah persuasi.
  1. Watak dan Kredibilitas
Dalam pergaulan antar manusia, karakter atau watak merupakan salah satu faktor yang selalu harus diperhitungkan. Persuasi akan berlangsung sesuai dengan harapan pembicara, bila para hadirin telah mengenal pembicara sebagai orang yang berwatak baik. Orang yang akan mengadakan persuasi harus memiliki kualitas yang baik dan terpercaya, memiliki kemampuan berfikir secara teratur, selalu memperlihatkan simpati, memperlihatkan sikap mempercayai orang lain, dan sebagainya.
  1. Kemampuan Mengendalikan Emosi
Syarat kedua  adalah kemampuan pembicara untuk mengendalikan emosi para hadirin. Pengertian mengendalikan emosi disini harus diartikan baik sebagai kesanggupan pembicara untuk mengobarkan emosi dan sentimen hadirin, maupun kesanggupan untuk memadamkan emosi dan sentimen itu bila perlu.
  1. Bukti-Bukti
Syarat ketiga yang harus dipenuhi agar pembicara dapat berhasil dalam persuasi adalah kesanggupan untuk menyodorkan bukti-bukti (evidensi) mengenai suatu kebenaran.

3.3 Ciri-ciri karangan persuasi
  1. Semua yang ada pada ciri karangan argumentasi termasuk juga ciri persuasi seperti memuat pernyataan factual, memaparkan alasan, mempengaruhi pembaca, dan membuat asumsi atau kesimpulan.
  2. Menyertakan perasaan di samping menyertakan logika.
  3. Mencari efek tanggapan emosional.
  4. Biasa dipergunakan dalam dunia politik, pendidikan, advertensi, dan propaganda.

3.4 Metode Persuasi
1.   Rasionalitas
Rasionalitas sebenarnya tidak lain dari suatu argumentasi semu, yaitu suatu proses pembuktian mengenai suatu kebenaran dalam bentuknya yang agak lemah, dan biasanya dipergunakan dalam persuasi. Rasionalisasi sebagai sebuah teknik persuasi dapat dibatasi sebagai: suatu proses penggunaan akal untuk memberikan suatu dasar pembenaran kepada suatu persoalan, dimana dasar atau alasan itu tidak merupakan sebab langsung dari masalah itu.
2.   Identifikasi
Identifikasi adalah bentuk karangan yang isinya berupa pengidentifikasian dirinya sebagai bagian dari sasaran. Apa yang dialami sasaran seperti penderitaan kemiskinan, keinginan dan harapan mereka seolah-olah dialami juga oleh penulis. Seperti contoh berikut:
            Kolusi dimana-mana talah menutup kesempatan kerja kita. KKN telah menghilangkan bagian terbesar dari bangsa ini mendapatkan kesempatan di berbagai lini kehidupan. Ketimpangan, kebodohan, kemiskinan dan kejahatan sosial dan ketidakberdayaan tidak akan pernah lenyap dari bumi ini jika kita tidak lawan. Marilah kita mulai dari diri kita masing-masing berbuat, bertindak, berperilaku yang sadar. Jika sedikit saja kita beetindak salah,dapat menyebabkan gambaran kesengsaraan itu tidak akan hilang. Kita bangkit dari keterpurukan seperti kupu-kupu berusaha keras keluar dari kepompong yang menutupinya.
3.   Sugesti
Sugesti adalah suatu cara membujuk atau mempengaruhi orang lain untuk menerima suatu keyakinan atau pendirian tertentu tanpa memberi suatu dasar kepercayaan yang logis pada orang yang ingin dipengaruhi. Contoh:
            Pada masa pemilu banyak para kontestan parpol yang menggunakan tokoh tertentu untuk keperluan kampanye agar masyarakat dapat terpengaruh dengan ucapan orang tersebut. Tidak sedikit para ustad atau tokoh tertentu yang dijadikan alat untuk mempengaruhi masyarakat agar meyakini partai yang disarankannya.
  1. Konformitas
Konformitas adalah suatu keinginan atau suatu tindakan untuk membuat diri serupa dengan sesuatu hal yang lain. Konformitas adalah suatu mekanisme mental untuk menyesuaikan diri atau mencocokan diri dengan sesuatu yang diinginkannya itu. Sikap yang diambil pembicara untuk menyesuaikan diri dengan keadaan supaya tidak timbul ketegangan adalah juga menyangkut konformitas.
  1. Kompensasi
Kompensasi adalah suatu tindakan atau suatu hasil dari usaha untuk mencari suatu pengganti (subtitut) bagi sesuatu hal yang tidak dapat diterima atau suatu sikap atau keadaan yang tidak dapat dipertahankan. Caranya dengan mengangkat suatu kelebihan lain yang belum muncul di dalam kemampuan sasaran sebagai pengganti yang diinginkan. Contoh:
            Seorang pelajar yang tidak lulus ujian menjadi frustasi. Ia disadarkan oleh seorang guru dengan cara diajak berdialog untuk menyadarkan bahwa sesungguhnya pelajar itu menyimpan banyak potensi lain selain materi pelajaran. Potensi lain itu pun jika diangkat dan dikembagnkan akan berarti bahkan bisa melebihi keberhasilan di sekolah. Seperti misalnya hobi olahraganya. Setelah akhirnya pelajar itu menyadari kekeliruannya dan dia bertekad untuk mengembangkan hobi yang dimilikinya sehingga berkembang dan menjadi andalan keberhasilannya. Cara ini dinamakan kompensasi dari tujuan yang semula gagal.
  1. Penggantian
Penggantian (displacement) adalah suatu proses yang berusaha menggantikan suatu maksud atau hal yang mengalami rintangan dengan suatu maksud atau hal lain yang sekaligus juga menggantikan emosi kebencian asli, atau kadang-kadang emosi cinta kasih yang asli. Contoh, seorang guru melampiaskan kemarahan kepada siswanya sebagai penggantian dari kemarahan kepada keluarganya. Dapat dikatakan, penggantian sebagai pengambinghitaman.
  1. Proyeksi
Proyeksi adalah suatu teknik untuk menjadikan sesuatu yang  sebelumnya adalah subyek menjadi obyek. Contoh:
            Pigeon
            Sahabat pertama bayi tercinta
            Kandungan minyak alami dalam pigeon baby oil membuat kulit si kecil bersih total. Tanpa mengiritasi. Behkan mampu mencegah terjadinya kulit kering dan lecet hingga ke bagian lipatan yang sulit dijangkau. Dengan pigeon baby oil kulit buah hati Anda akan menjadi lembut sempurna.


ARGUMENTASI DAN PERSUASI

4.1 Perbedaan dan Persamaan Argumentasi dan Persuasi
Secara prinsip pengertian persuasi dengan argumentasi hampir serupa. Keduanya sama-sama menggunakan argument-argumen yang kuat dalam meyakinkan lawan bicara antara argumentasi dan persuasi sama-sam bertujuan mempengaruhi pikiran, perasaan, dan sikap pembaca agar mempercayai dan mengakui apa yang disampaikan penulis . perbedaannya terletak pada penggunaan bahasa. Pada karangan argumentasi bahasa yang dipergunakan cukup menjelaskan pembuktian pembaca yang bertujuan agar pembaca meyakini pendapatnya. Sedangkan pada karangan persuasi, bahasa yang dipergunakan penuh rayuan, daya bujuk atau himbauan untuk membangkitkan pembaca tergiur dan bereaksi untuk ikut serta keinginan penulis.
Sebenarnya, argumentasi dan persuasi adalah bentuk karangan yang akrab dengan kehidupan kita sehari-hari. Dalam konteks komunikasi lisan, mungkin tanpa didasari, kita sering mengalaminya. Ketika berdiskusi dengan sejawat atau keluarga, kita mengajukan atau menolak sebuah pendapat dengan sejumlah alasan yang mendasarinya. Alasan itu kita kemukakan untuk mendukung atau memperkuat kebenaran pendapat kita sehingga orang lain mempercayai dan menyetujuinya. Dalam persidangan, seorang tertuduh pelaku kejahatan menyampaikan bukti-bukti untuk membantah tuduhan itu sehingga hakim mempercayainya. Itulah contoh argumentasi. Seorang tukang obat di pasar mengemukakan berbagai khasiat yang luar biasa dari obat-obat yang dijajakannya agar penonton mempercayai dan membeli obat itu. Itulah contoh persuasi.
Perbedaan keduannya terletak pada hal-hal berikut ini.
·  Pertama, perbedaan keduanya terletak pada hasil proses berpikir yang ditujunya. Dalam argumentasi hasil dari proses berpikir lebih diarahkan untuk memperoleh kebenaran mengenai persoalan yang dikemukakan. Titik sentuhnya lebih ditekankan pada objektivitas penyampaian serta kebenaran logis yang berpangkal dari penalaran yang absah. Oleh karena itu, dalam argumentasi seorang penulis dituntut untuk mampu menyajikan pembuktian yang cukup, menganalisisnya secara cermat, menilai dan menyimpulkannya secara logis, sesuai dengan akal sehat. Semakin banyak fakta pendukung argumentasi yang dikemukakan, semakin kuat pula keyakinan pembaca atas kebenaran yang disampaikan.
Dalam persuasi, hasil proses berpikir diarahkan untuk mendapatkan kesepakatan dari pembaca mengenai isu atau persoalan yang dikemukakan. Titik sentuhnya pun lebih ditekankan pada kebenaran emosional. Kebenaran penalaran bila perlu dapat dilanggar atau dimanipulasi untuk meraih kepercayaan pembaca. Untuk keperluan tersebut, penulis persuasi dutuntut untuk mampu memilih alasan atau pembiktian yang menarik, sesuai dengan situasi psikologis pembacanya. Fakta-fakta diperlukan seperlunya. Bila penulis sudah merasa yakin bahwa pembaca akan menyepakatinya, maka dia tidak perlu mengemukakan fakta-fakta lainnya. Pendeknya, persuasi lebih diarahkan pada upaya meraih kemenangan daripada kebenaran. Oleh karena itu, penulis persuasi hendaknya juga memiliki kemampuan mengendalikan emosi pembacanya. Penulis harus dapat mengobarkan atau meredakan emosi dan sentiment atau kefanatikan pembacanya.
·   Kedua, perbedaan argumentasi dan persuasi terletak pada situasi yang dimasukinya. Dalam argumentasi, situasi yang dimasuki umumnya situasi keragu-raguan atau konflik mengenai kebenaran suatu persoalan. Agar tidak diabaikan oleh pembacanya, penulis argumentasi akan mengupayakan terciptanya suatu pembuktian yang benar yang dilakukan melalui proses berpikir yang logis. Sebaiknya, dalam persuasi penulis akan berusaha menghindari situasi kpnflik dengan mengajukan pembuktian yang dikemas semenarik mungkin. Pembaca diarahkan untuk memahami dan menyepakati kehebatan, keunggulan, atau kebaikan pendapat penulis.
Argumentasi dan persuasi memiliki banyak kesamaan. Kesamaan yang paling pokok terletak pada tujuan. Baik argumentasi maupun persuasi, keduanya merupakan corak karangan yang secara sengaja dimaksudkan untuk mempengaruhi pikiran, pendapat, atau sikap orang lain agar mereka percaya atau setuju dan akhirnya berperilaku seperti yang diinginkan penulis atau pembicara. Untuk keperluan itu, penulis atau pembicara akan berusaha melakukan tiga hal, yaitu meraih kepercayaan (ethical appeal), merangsang atau menyentuh emosi (emotional appeal), serta meyakinkan pembaca/pendengar melalui alasan atau bukti yang logis atau dianggap logis (logical appeal).
Dengan demikian, penulis argumentasi atau persuasi harus dapat menampilkan dirinya kepada pembaca sebagai orang yang terpercaya, berpengetahuan dan jujur.

4.2 Penilaian Karangan Argumentasi dan Persuasi
Topic yang diangkat menjadi karangan argumentasi memiliki dua hal, yaitu bernilai dan tidak bernilai. Untuk membuat keyakinan pembaca agar percaya sangat ditentukan oleh argument atau alasan-alasan yang bukan hanya sesuai nalar dan mendukung, tetapi juga diterima akal (logis). Membangun keyakinan kuat  bagi pembaca memerlukan prinsip-prinsip yang standar atau baku yaitu dengan menjawab pertanyaan berikut:
·        Apakah pernyataan dapat diyakini kebenarannya oleh pembaca?
·  Apakah alasan menhadirkan bukti-bukti yang bersifat khusus yang diperlukan untuk pernyataan?
·        Apakah penarikan kesimpulan yang diambilnya sudah melalui proses nalar yang benar?
Yang dimaksud adalah lengkapan bahasa (penanda linguistic yang digunakan). Seperti: penanda kepastian dan penanda kemungkinan
Untuk karangan persuasi aspek yang dinilai adalah semua aspek yang ada pada argumentasi. Namun, ditambah lima hal berikut yaitu: bahasa, nada, detail, organisasi dan kewenangan.



PUSTAKA ACUAN
           
Akhadiah Sabarti (2010). Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Keraf Gorys. (2000). Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Tarigan Henry Guntur. (1982). Menulis sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
M. Yunus. Dkk. (2008). Menulis 1. Jakarta: Universitas Terbuka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar